Ads

Tren Peningkatan Peternak Milenial Kembangkan Kualitas Sapi Perah

Peternak muda Widi Ilham Budiman yang mengelola peternakan sapi sang ayah Gatot Laksono di Dusun Suruhgalih, Purwodadi, Jawa Timur, Rabu (12/2/2025) (ANTARA/Fitra Ashari)

JAKARTA, (Divipromedia.com). – Head of Sustainable Agri PT Nestle Indonesia Syahrudi mengatakan ada peningkatan tren anak muda milenial yang menjadi peternak sapi di sekitar Jawa Timur.

“Tahun 2010 mengembangkan sapi perah di Ponorogo dan alhamdulillah kalau saat ini untuk Ponorogo kita bisa mengatakan 30-40 persen itu anak muda, umur 30-an,” kata Rudi dalam pemaparan tentang peternakan rakyat di Malang, Jawa Timur, Selasa (11/2).

Rudi mengatakan dalam pemberian edukasi, anak muda lebih mudah menerima dan mengubah mindset daripada peternak senior. Ini karena mereka melihat pekerjaan tersebut bisa dilakukan dengan logika sehingga pengembangan usaha bisa lebih mudah dilakukan.

Ia ingin usaha peternakan sapi perah semakin diminati anak muda karena seharusnya usaha ini bisa menyenangkan dan bisa memunculkan ide usaha lainnya untuk mendukung usaha sapi perah misalnya suplai pakan atau kesehatan.

“Apalagi mungkin yang tadi Gen Z-nya yang mungkin nggak begitu senang jadi karyawan tapi senangnya jadi pengusaha. Mereka melihat semua peluang itu. Tapi tinggal sekarang kita bagaimana melihat atau mendukung usaha ini menjadi bukan hanya logis bagi mereka tapi punya banyak akses yang mempermudah usaha itu,” kata Rudi.

Rudi mengatakan jika anak muda ingin menjadi peternak sapi, setidaknya harus tahu cara menyayangi sapi dengan memenuhi kebutuhannya dan bukan hanya berternak untuk keuntungan semata.

Salah satu contoh peternak muda yang mengembangkan peternakan sapi menjadi lebih berkualitas adalah Widi Ilham Budiman.

Pria berusia 27 tahun ini membantu mengelola peternakan sapi perah milik sang ayah, Gatot Laksono di Dusun Suruhgalih, Purwodadi, Jawa Timur, dan menerapkan ilmu yang ia dapat dari jurusan peternakan Universitas Islam Malang untuk memperbaiki manajemen pemberian pakan sapi agar hasil susunya berkualitas.

“Senang kan bisa jadi contoh untuk peternak muda yang akan datang, suka sharing juga tentang manajemen peternakan sapi,” kata Widi ketika ditemui awak media di peternakan sapi Pak Gatot Laksono, Rabu (12/2).

Ia yang awalnya hanya membantu membersihkan kandang dan memberi makan sapi melihat jika sapi diberi makan dan minum seadanya maka kualitas susu yang akan dikeluarkan juga sangat sedikit dan kurang baik.

Maka itu ia mendalami ilmu tentang peternakan sehingga bisa mengembangkan peternakan sapi milik ayahnya agar pakan sapi terjaga kualitasnya.

Seperti memberikan makan sesuai dengan bobot berat sapi, memberi tambahan konsentrat pada rumput yang diberikan agar hasil perahan lebih maksimal dan mengutamakan rumput odot karena minim kandungan air dan lebih mengenyangkan untuk sapi.

“Penting pakan rumput dan air selalu ada, jadi setiap mereka mau makan ada, tidak dijatah, dulu dijatah cuma 2 kali sehari. Produksi susu 15 liter bisa sampai 20-25 liter per ekor jika beranak,” katanya.

Sementara itu Rudi menjelaskan edukasi secara konsisten merupakan tantangan dalam melakukan perubahan pada peternak lokal. Selain itu, dukungan juga tidak hanya perlu diberikan secara finansial tapi juga pendampingan dan pendekatan terus menerus. (Fitra Ashari/Antara) ***

Ads

ads

Tinggalkan Balasan

Ads
Ads
Tutup
Ads