Pencegahan Kusta: Deteksi Dini dan Edukasi Masyarakat Jadi Kunci Utama
JAKARTA, (Divipromedia.com). – Dokter Rehabilitasi Medis Luh Karunia Wahyuni mengungkapkan, pencegahan kusta menjadi hal penting yang untuk dilakukan guna mengendalikan penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
“Setelah dipelajari itu tadi masalahnya bukan penyakit (kusta) sendiri, itu sudah ada tantangan pengobatan, tapi kita harus memikirkan pencegahan kalau ada deformitas (perubahan bentuk atau kerusakan pada bagian tubuh) kita harus mencegah lagi,” ujar dokter Luh dalam webinar yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (04/2).
Pencegahan, kata dia menjadi hal krusial yang harus dilakukan sejak awal, pasalnya penyakit kusta selain bersifat kronis juga memiliki gejala utama yakni menyerang syaraf tepi.
Serangan bakteri pada syaraf tepi berimbas tak adanya sensasi rangsangan seperti tidak mampu merasakan suhu, tekanan rasa sakit atau disebut mati rasa di sejumlah bagian tubuh misalnya mata, tangan, wajah hingga kaki.
“Misalnya pasien ada luka banyak di telapak kaki tidak merasakan ada luka, tentu ada infeksi yang berikutnya dan jangan lupa misalnya ternyata pasien merokok, ada diabetes dan lambat laun tergesek, tertekan terus, tergesek terus tidak merasakan apapun lama-lama menjadi tulangnya menjadi kontraktur (kaku), sendi menjadi tak bisa digerakkan lambat laun karena lemah jadi respons itu itu tulangnya bisa lepas itu yang ditakutkan,” jelasnya.
Dengan kondisi itu maka tak hanya penyembuhan dari bakteri penyebab kusta, namun juga diperlukan penyembuhan melalui rehabilitasi medis.
Rehabilitasi medis menjadi hal yang patut dilakukan, hal ini untuk memperbaiki kerusakan lain yang diakibatkan serangan awal dari bakteri.
Mati rasa di sejumlah bagian tubuh yang menjadikan bagian tubuh menjadi kaku serta kurang merespons sejumlah rangsangan dapat diobati melalui rehabilitasi medis.
Gangguan di sejumlah bagian tubuh tersebut lantas mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti kemampuan tangan menggenggam, kaki menapak saat dan lainnya.
“Itulah pentingnya ada tindakan rehabilitasi, dampak-dampak ikutannya itu sudah ada dari awal harus diobati,” kata dokter Luh.
Dirinya pun menyerukan kepada berbagai pihak untuk bersama-sama mengeliminasi penyakit kusta melalui pencegahan serta mengidentifikasi gejala awal penyakit kusta. Terlebih di sejumlah wilayah di Indonesia diakuinya masih terdapat kantong-kantong atau daerah yang menjadi endemik kusta yang belum dapat teratasi yang menyebabkan Indonesia masuk dalam jajaran nomor 3 negara dengan penyakit kusta terbesar.
“Kemudian seringkali berada di wilayah yang memang ada kantong-kantong di Indonesia yang harus diakui belum bisa kita tuntaskan. Kita, Indonesia masih nomor 3 di dunia yang belum teratasi sehingga ini jadi tantangan untuk mengatasi,” jelasnya. (Sinta Ambarwati/Antara) ***