Ads

Generasi Muda Terlibat: Mengenal Lebih Dekat Metode Pemantauan Hilal untuk Masa Depan

Seratusan pemuda saat mengikuti program Catch The Moon yang diinisiasi Kementerian Agama untuk mendekatkan pemahaman soal penetapan awal bulan Hijriah. (ANTARA/HO-Kemenag)

Sidang Isbat

Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa pemerintah tidak hanya menggunakan satu metode, misalnya hisab (hitungan astronomi), yang sudah dapat memperkirakan kapan awal bulan terjadi jauh sebelum rukyat (pemantauan) dilakukan?

Abu menjelaskan integrasi antara hisab dan rukyat bukanlah sekadar formalitas, tetapi sebuah pendekatan ilmiah yang mempertimbangkan aspek syariat dan sains secara bersamaan.

“Mengapa kita tidak hanya menggunakan satu metode saja? Bukankah awal bulan bisa dihitung bertahun-tahun sebelumnya? Lalu mengapa kita tetap melakukan Rukyat dan Hilal di 125 titik pengamatan? Ini karena dalam hukum Islam, kesaksian langsung juga memiliki kedudukan penting,” kata Abu Rokhmad kepada peserta.

Hisab merupakan metode perhitungan astronomi untuk mengetahui posisi bulan secara matematis. Sementara rukyat adalah observasi langsung hilal (bulan sabit pertama) di ufuk setelah matahari terbenam. Jika hasil hisab menunjukkan hilal sudah berada di atas ufuk, rukyat berfungsi sebagai verifikasi visual.

Verifikasi visual dari berbagai laporan inilah yang digunakan Pemerintah sebagai dasar untuk menggelar Sidang Isbat apakah telah memasuki bulan baru atau belum.

Sidang isbat bukan sekadar acara seremonial, tetapi forum resmi yang menentukan awal bulan Hijriah berdasarkan metode ilmiah dan syariat. Manfaatnya sangat besar karena memberi kepastian bagi umat dalam menjalankan ibadah seperti puasa dan Idul Fitri.

Sidang isbat adalah momen penting untuk menunjukkan bahwa ilmu agama dan ilmu sains dapat beriringan. Dalam proses ini, ahli fikih, astronom, dan lembaga pemerintah maupun nonpemerintah berkumpul untuk memastikan keputusan yang diambil berdasarkan prinsip ilmiah dan hukum Islam.

Dalam konteks hisab dan rukyat, integrasi ilmu sudah selesai. Ilmu satu berasal dari Yang Maha Kuasa, dan manusia hanya berusaha memahami dan mengaplikasikannya dengan teknologi.

Dengan memahami ilmu falak dan astronomi ini diharapkan diskusi tentang penentuan awal bulan tidak hanya berkutat pada perbedaan metode, tetapi juga pada perkembangan ilmu pengetahuan. (Asep Firmansyah/Antara) ***

Tinggalkan Balasan

Ads
Tutup
Ads