Ads

Ciam Si: Tradisi Masyarakat Tionghoa dalam Mencari Petunjuk Kehidupan

Patung dewa perlindungan Kwan Kong dimana umat Vihara Dharma Ramsi, Kota Bandung memohon petunjuk mengenai nasib hingga solusi sebuah masalah melalui ramalan Ciam Si. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Setelah menyampaikan masalah atau pertanyaan, pemohon melempar siao poe dan dua potong kayu ini yang akan menunjukkan jawaban ramalan.

Jika satu potong siao poe menelungkup dan lainnya terbuka, artinya dewa mengizinkan umat memohon petunjuk. Sedangkan jika dua-duanya menelungkup atau terbuka, maka Dewa tak mengizinkannya.

“Itu ada bahasanya siao poe namanya. Jadi dilepas begitu, kalau dia sampai satu tutup satu buka artinya setuju,” kata Chandra.

Jika diizinkan, pemohon kemudian mengambil salah satu batang bambu dengan cara mengocok gelas bambu hingga salah satu batang bambu keluar yang merupakan jawaban atas pertanyaannya.

Menurut Chandra, setiap vihara memiliki jumlah batang bambu atau jawaban yang berbeda-beda. Di Vihara Dharma Ramsi terdapat lebih dari 100 batang bambu Ciam Si.

Setelah itu, pemohon mengambil secarik kertas dari lemari sesuai dengan nomor yang tertera pada batang bambu yang didapat. Pada kertas tersebut tertera sebuah pesan yang bunyinya seperti syair serta kalimat-kalimat petunjuk yang berisi makna syair tersebut.

Isi pesan pada setiap lembar kertasnya pun berbeda-beda, ada yang berisi petunjuk baik maupun peringatan terkait beberapa aspek kehidupan seperti rejeki, asmara, kesehatan, hingga karier.

Pemohon dapat meminta tetua vihara atau orang yang mengerti makna pesan-pesan Ciam Si untuk membantu menerjemahkan kalimat dalam kertas yang dia dapat.

“Hasilnya itu, bacaannya itu syair. Itu harus benar-benar orang yang bisa membacanya dengan baik. Menerjemahkannya dengan baik. Karena yang namanya syair itu, dia luas, dan dengan syair itu ya, kasus apapun yang sedang kita hadapi itu bisa terjawab. Itu uniknya,” kata Chandra.

Pemohon dapat melemparkan siao poe lagi untuk memastikan apakah jawaban yang ia dapat memang benar diperuntukkan untuknya.

Sama seperti saat meminta izin, apabila salah satu potongan siao poe terbuka dan satunya lagi menelungkup artinya dewa mengiyakan.

Sedangkan kedua potongan siao poe terbuka atau menelungkup, pemohon dapat mengambil batang bambu lain.

Tidak ada ketentuan khusus maupun jadwal tertentu yang ideal dalam melakukan Ciam Si. Siapapun bebas untuk datang ke vihara dan memohon ramalan kapan saja.

Hasil ramalan yang didapat juga tidak memiliki masa berlaku, semua kembali kepada keyakinan dan kepercayaan masing-masing individu.

“Itu tergantung orangnya. Ibaratnya seperti orang yang sedang sakit, kapan dia membutuhkan pertolongan kan tidak ada waktu tertentu,” ujarnya.

Tradisi Ciam Si mengajarkan bahwa ketika beban hidup terasa berat hanya kepada Tuhan tempat kita mengadu karena Dia adalah tempat terbaik untuk mencari pertolongan dan menyelesaikan segala masalah. (Farhan Arda Nugraha/Antara) ***

Ads

ads

Tinggalkan Balasan

Ads
Ads
Tutup
Ads