Ads

Alarm HIV/AIDS di Lombok Timur: 13 Warga Meninggal Sepanjang 2024

Gambar stop HIV/AIDS (ANTARA/HO-Internet)

MATARAM, (Divipromedia.com). – Pemerintah Kabupaten (pemkab) Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan belasan warga di daerah setempat dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi virus HIV/AIDS pada tahun 2024.

“Sebanyak 13 orang warga di Lombok Timur dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi HIV/AIDS,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Lombok Timur Budiman Sateriadi di Lombok Timur, Senin (10/2).

Jika dibandingkan dengan tahun 2023 jumlah kasus infeksi HIV/AID di Lombok Timur mencapai 75 kasus, kata dia, maka pada 2024 mengalami penurunan menjadi 62 kasus, tetapi angka kasus meninggal dunia mengalami kenaikan.

Sepanjang tahun 2024 jumlah korban yang terinfeksi virus HIV/AID sebanyak 62 kasus, terdiri dari 35 kasus HIV dan 27 kasus AIDS. Dari jumlah kasus tersebut tercatat 13 orang telah meninggal dunia.

“Yang meninggal dunia ini karena AIDS dan telat penanganan, mereka melapor setelah dalam kondisi tubuh telah kritis,” katanya.

Korban terinfeksi yang meninggal dunia rata-rata telah tinggal lama di luar negeri dan mereka telah terinfeksi, bahkan telah berstatus AIDS. Selain itu korban yang meninggal dunia juga disebabkan karena menghentikan pengobatan.

“Rata-rata dari luar negeri, ada juga karena tidak taat berobat,” katanya.

“Tahun 2023 tercatat jumlah kasus kematian sebanyak 9 orang, naik menjadi 13 pada tahun 2024,” katanya.

Meningkatkan angka kematian ini, sebut Budiman, karena banyak warga tidak melakukan skrining lebih awal. Buruknya mereka melakukan skrining setelah kasus sudah parah atau terkena AIDS.

“Mereka melaporkan diri setelah penyakit akut, sehingga telat penanganan,” katanya.

Untu mengantisipasi penanganan kasus HIV/AIDS ini, pihaknya telah secara masif melakukan skrining dan sosialisasi ke seluruh kecamatan, terutama terhadap populasi kunci yang rawan tertular yaitu Laki Sek Laki (LSL), Wanita Pekerja Sek (WPS), dan pengguna narkotika suntik.

Meskipun telah melakukan upaya masif melakukan skrining dan sosialisasi, kata dia, masih banyak ditemukan kasus warga yang enggan datang untuk melaporkan diri. Baru diketahui setelah datang berobat dengan kondisi penyakit akut.

Karenanya Budiman mengimbau masyarakat untuk sadar diri lebih awal melaporkan diri, sebab penyakit ini membutuhkan penanganan yang cepat. Pihaknya menjamin merahasiakan data pasien yang melapor.

“Kita imbau masyarakat untuk sadar diri, membuka diri lebih awal. Lebih terbuka lebih cepat penanganan,” katanya. (Akhyar Rosidi/Antara) ***

Ads

ads

Tinggalkan Balasan

Ads
Ads
Tutup
Ads