Abraham Kadis Budpar : Praktik Shodaqoh di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati Perlu Pembenahan

Praktik shodaqoh terkesan memaksa di pintu masuk wisata religi Makam Sunan Gunung Jati Cirebon, (dok.tangkap layar media sosial) - Divipromedia.com

Video yang menjadi viral ini, menurut Abraham, adalah bentuk kritik otomatis bagi pemerintah daerah dan pihak keraton sebagai pengelola tempat wisata religi tersebut. Ia menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terkait manajemen kawasan itu. “Perlu segera dievaluasi untuk memahami input, output, outcome, benefit, maupun dampaknya,” tegasnya.

Sekita komplek Wisata Religi Sunan Gunung Jati Cirebon, praktik yang dilakukan oknum warga meminta shodaqoh – Divipromedia.com

Abraham menyoroti bahwa praktik ini dapat menimbulkan dampak negatif. Ia khawatir praktik meminta-minta tersebut akan dianggap sebagai tradisi yang justru keliru dan tidak mendidik, khususnya bagi generasi muda. “Jika memang ikhlas, bukan begini caranya,” tambahnya.

Dari sisi manfaat, Abraham mengajak masyarakat setempat untuk lebih menghargai peninggalan Sunan Gunung Jati, yang berpesan untuk merawat tempat ibadah dan membantu fakir miskin. Menurutnya, definisi fakir miskin seharusnya disesuaikan dengan standar dinas sosial, bukan dengan meminta-minta. “Memberi itu ada tempatnya, yaitu untuk mereka yang benar-benar membutuhkan seperti fakir miskin, jompo, yatim piatu, bukan dengan cara yang mengarah pada sikap memiskinkan diri,” ujar Abraham.

Selain itu, Abraham juga menyebutkan dampak negatif terhadap citra Kabupaten Cirebon di mata masyarakat luar. Ia menilai, banyaknya kotak shodaqoh di kompleks makam tersebut berpotensi menimbulkan stigma bahwa warga setempat cenderung meminta-minta. Ia pun membandingkan dengan makam Wali Sanga lainnya yang tidak memiliki kotak shodaqoh sebanyak di kompleks makam Sunan Gunung Jati.

Sebagai langkah tindak lanjut, Abraham mengungkapkan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di kompleks makam, baik dari kerabat keraton maupun pemerintah desa setempat, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar. “Diperlukan konsolidasi, revitalisasi, dan perbaikan manajemen pengelolaan wisata religi di sini. Yang juga perlu ditelusuri adalah kemana hasil dari kotak-kotak tersebut disalurkan,” pungkas Abraham.

Melalui langkah ini, diharapkan pengelolaan kawasan wisata religi Makam Sunan Gunung Jati dapat lebih teratur, nyaman, dan bebas dari praktik-praktik yang merusak citra sekaligus semangat keikhlasan yang seharusnya dikedepankan. *** (DM1)

Tinggalkan Balasan

Tutup