Ads

Dinkes Pastikan Menu pada MBG Penuhi Standar Kecukupan Gizi

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur dr. Noorliyana. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

KOTIM, (Divipromedia.com).- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng) memastikan setiap menu yang disajikan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah memenuhi standar kecukupan gizi sesuai sasaran atau kategori penerima.

“Peran Dinkes dalam program MBG ini utamanya berkaitan dengan gizi, seperti pengukuran status gizi sesuai sasaran, menentukan menu yang sesuai dengan status gizi itu,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Kotim Noorliyana di Sampit, Senin (13/1/2025).

Program MBG merupakan salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2024. Tujuan utamanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta menekan angka stunting melalui perbaikan gizi anak.

Program MBG yang dijalankan melalui Badan Gizi Nasional melibatkan banyak pihak, khususnya di daerah ada keterlibatan dari Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan (DPKP), hingga Dinas Kesehatan.

Lebih lanjut, Noorliyana menjelaskan peran Dinkes dalam Program MBG ini utamanya memastikan gizi dari menu makanan yang disajikan sudah sesuai dengan standar kecukupan gizi.

Ia menyebutkan angka kecukupan gizi bagi setiap sasaran berbeda-beda berdasarkan usia maupun kondisi penerima, baik itu untuk balita, ibu hamil, hingga pelajar sesuai jenjang pendidikan.

“Misalnya, balita membutuhkan protein sekian, karbohidrat sekian dan lainnya agar cukup gizinya itu memang ada standar khusus penentuannya dan di situlah peran petugas gizi,” sebutnya.

Dinkes juga berperan memastikan keamanan pangan, tempat penyimpanan bahan pangan, kehigienisan dan sanitasi dapurnya, hingga proses penyajiannya guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan, seperti kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan.

“Jadi, kami sebagai tim teknis yang memastikan standar keamanan, tapi di sini bukan hanya Dinkes saja, melainkan bekerja sama dengan dinas lainnya, seperti DPKP untuk penerimaan sampel dan lainnya,” ucapnya.

Noorliyana menyampaikan yang perlu diketahui masyarakat guna menghindari kesalahpahaman nantinya adalah menu untuk Program MBG ini mengacu pada standar kecukupan gizi, bukan menu.

Bahan pangan yang digunakan pun diutamakan bahan pangan lokal untuk menjaga kualitas dan menyesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, kemungkinan menu yang diberikan pada sasaran yang berada di kota berbeda dengan di desa.

Contohnya, jika di kota ayam mudah ditemukan dan harganya relatif murah, sedangkan di desa harga ayam jauh lebih mahal, maka bisa digantikan dengan bahan pangan lain yang kadar gizinya sama seperti ikan, tahu, tempe atau telur.

“Jadi, menunya tidak harus sama, misalnya di daerah hulu susah dapat ayam, adanya ikan ya tidak apa-apa, bisa dikondisikan dan disesuaikan dengan bahan pangan lokal. Karena yang menjadi acuan itu kadar gizinya bukan menunya,” ucapnya.

Ia menambahkan sementara ini di wilayah Kalimantan Tengah yang menjadi percontohan Program MBG hanya Kota Palangka Raya. Adapun jadwal pelaksanaan di Kotim belum diketahui dan belum ada petunjuk teknis (juknis) terkait program tersebut.

“Kami juga belum punya bayangan yang jelas, tetapi Kotim sudah diminta untuk menyiapkan lahan untuk dapur MBG. Tanggal 4 Januari lalu, kami baru mengikuti zoom terkait peran Dinkes, untuk juknisnya belum ada,” kata Noorliyana.*** (Muhammad Arif Hidayat/Antara)

Ads
Ads

Tinggalkan Balasan

Ads
Ads
Tutup
Ads